MAKALAH
KURIKULUM INTI DAN KURIKULUM MUATAN LOKAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat
ini negara Indonesia telah masuk ke dalam era globalisasi, tentu segala sesuatu
telah mengalami perubahan dan kemajuan yang lebih baik. Yang harus didukung
juga oleh pendidikan, sehingga pendidikan tersebut membuat masyarakat bisa
hidup dalam era globalisasi yang memerlukan kemampuan dari individu-individu
itu.
Pendidikaan merupakan hal yang
paling penting pada suatu bangsa, karena dapat menentukan nasib dari bangsa itu
sendiri pada masa mendatang. Oleh karena itu pendidikan tidak lepas dari kurikulum
yang mencetak siswa-siswanya.
Kurikulum merupakan pedoman mendasar
dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan dan juga sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan Berhasil tidaknya suatu pendidikan, tentu akan
sangat tergantung pada kurikulum.
Kurikulum
yang disusun dipusat terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok dengan harapan
agar peserta didik diseluruh Indonesia mempunyai standar kecakapan yang sama.
Kurikulum tersebut dinamai kurikulum nasional atau kurikulum inti dan kurikulum
yang disusun di daerah – daerah disebut
kurikulum muatan local.
1.2
Rumusan Masalah
a. Apa pengertian kurikulum inti ?
b. Apa dasar pelaksanaan kurikulum inti ?
c. Apa komponen-komponen dalam kurikulum inti ?
d. Apa pengertian kurikulum muatan lokal ?
e. Apa ruang lingkup kurikulum muatan lokal ?
f. Apa fungsi kurikulum muatan lokal ?
g. Apa tujuan dari kurikulum muatan lokal ?
h. Apa dasar pengembangan kurikulum muatan lokal ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.22
2.2hjudgfjd
2.1 KURIKULUM INTI
2.1 KURIKULUM INTI
2.1.1 Pengertian Kurikulum Inti
(core curriculum)
Menurut caswell, seperti
dikutip dalam nasution (1993: 115), define kurikulum inti adalah sebagai
berikut : "a continous, careful planned series of experience which are
based on significant personal and social problems and which involve learning of
common concern to all youth"
Berdasarkan definisi diatas, dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri kurikulum inti adalah :
kurikulum inti merupakan rangkaian pengalaman yang saling berkaitan;
direncanakan secara terus menerus sebelum dan selama dijalankan;
berdasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi;
berdasarkan pribadi dan social;
diperuntukan bagi semua siswa, karenanya termasuk pendidikan umum.
Kurikulum inti disebut juga sebagai kurikulum
nasional, karena kurikulum inti disusun dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu menciptakan para lulusan menjadi manusia indonesia
seutuhnya (uuspn no. 2 tahun 1989, pasal 4) yang tentunya selalu memperhatikan
pada kebutuhan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sesuai dengan
jenjang pendidikan yang ditempuh.
2.1.2 Dasar Pelaksanaan Kurikulum Inti/Nasional
didalam pelaksanaan kurikulum
terdapat banyak factor yang harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan dari
kurikulum tersebut adapun didalam penyusunanya kurikulum mempunyai landasan
yang terdiri dari landasan ideal , landasan hukum dan landasan teori . Landasan
ideal berupa UUD 1945, pancasila dan tap MPR tentang GBHN dalam rangka
mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan pendidikan nasional.
Ladasan hukum berupa peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 29 tahun 1990, tentang pendidikan menengah, keputusan mendikbud Nomor 060/UU/1993 tentang kurikulum sebagaimana tercantum dalam landasan program pengembangan kurikulum. Landasan teori berupa buku landasan program dan pengembangan kurikulum yang memuat tentang pedoman dalam pengembangan kurikulum dan buku pelaksanaan kurikulum terdiri atas pedoman kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran.
2.1.3 Komponen -komponen
dalam Kurikulum Inti
Kurikulum inti atau nasional
didalam penyusunannya juga harus sesuai dengan tingkatan pendidikan masing –
masing. seperti kurikulum nasional pada pendidikan dasar terdiri dari
1. pendidikan pancasila
2. pendidikan agama
3. pendidikan kewarganegaraan
4. bahasa indonesia
5. membaca dan menulis
6. matematika
7. kerajinan tangan dan
kesenian
8. menggambar
9. pendidikan jasmani
Komponen – komponen sebagai dasar dalam
penyusunan kurikulum inti terdiri dari tujuan, isi, metode (tehnik menyampaikan
dalam proses belajar mengajar), evaluasi program. menurut tyler, kurikulum
menyangkut hal-hal berikut
1. Tujuan yang akan dicapai
2. Isi materi apa yang harus
diprogramkan untuk mencapai tujuan tersebut
3. Bagaimana isi kurikulum itu
diorganisasikan
4. Bagaimana mengetahui bahwa
tujuan yang akan dicapai dimiliki peserta didik
2.2 KURIKULUM
MUATAN LOKAL
2.2.1 Pengertian Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan yang isi (bahan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal) dan media penyampaiannya (metode dan sarana yang digunakan dalam penyampaian isi muatan lokal) dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu diajarkan kepada siswa.
Kegiatan belajar mengajar yang
bermuatan lokal harus mencakup baik isi maupun media penyampaiannya. Misal;
pada suatu daerah tertentu dianggap perlu melestarikan pakaian tradisionalnya,
sedangkan dalam kurikulum sekolah terdapat pokok bahasan kebutuhan pakaian,
selain fungsi dan jenis pakaian secara nasional, guru juga membahas tentang
pakaian adat, cara memakainya, dan kapan, serta dimana pakaian adat tersebut
pantas dipakai, baik masa kini maupun masa lalu. Disamping itu juga guru
mengajak siswa untuk menunjukan apa perbedaan adat masa lampau dengan masa
sekarang dan persamaan dalam nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Cara
penyajian sederhana dapat menggunakan gambar-gambar yang melukiskan penggunaan
pakaian adat masa lampau dan masa sekarang. Dengan cara demikian maka isi dan
media penyampaian dapat menunjang tercapainya tujuan muatan lokal yaitu antara
lain; siswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai lingkungannya serta
terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya sendiri.
Lingkungan alam adalah lingkungan
hidup dan tidak hidup yang mencakup komponen hewan dan tanaman beserta
tempatnya, dan hubungan timbal balik antara komponen tersebut. Jadi, dalam
lingkungan alam terdapat ekosistem antara lain; kolam, sungai, hutan, sawah,
keindahan alam, dan sebagainya.
Lingkungan sosial adalah Lingkungan
yang mencakup hubungan timbal balik (interaksi) antara manusia satu dengan yang
lainnya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Misal; interaksi antara manusia yang terdapat dalam lingkungan sekolah,
lingkungan kelurahan/desa, rukun tetangga, dan lembaga-lembaga formal, seperti
koprasi unit desa, puskesmas, dan lembaga-lembaga informas lainnya seperti;
majelis Ta’lim, majelis Da’wah Islamiah dan sebagainya.
Lingkungan budaya adalah lingkungan
yang mencakup segenap unsur budaya yang dimiliki masyarakat di suatu daerah
tertentu. Termasuk di dalamnya antara lain adalah kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan,
adat istiadat, aturan-aturan yang umumnya tidak tertulis (misalnya; tatakrama,
cara pergaulan, etika dengan orang tua, dengan tetangga), nilai-nilai serta
penampilan perlambang-perlambang yang menyatakan perasaan, yang antara lain
terdapat dan kesenian daerah.
Perpaduan antara lingkungan alam, sosial dan budaya hakikatnya membentuk suatu kehidupan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang disebut dengan pola kehidupan. Jadi pola kehidupan masyarakat mencakup interaksi antara anggota masyarakat tersebut yang meliputi interaksi antara individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya baik secara formal dan informal. Dalam kenyataannya pola kehidupan suatu masyarakat dapat berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan alamnya dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Kebudayaan masyarakat mencakup antara lain; gagasan, keyakinan, pengetahuan, aturan dan nilai, dan simbol-simbol yang di gunakan untuk menanggapi lingkungannya. Dengan demikian, pengembangan bahan pelajaran muatan lokal yang mengacu pada pola kehidupan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam mengembangkan wawasan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya.
2.2.2 Ruang Lingkup Kuikulum Muatan Lokal
Ruang lingkup kurikulum muatan lokal
adalah sebagai berikut:
·
Lingkup
isi muatan lokal didasarkan pada keadaan daerah, kebutuhan lingkungan dan kebutuhan
siswa yang akan belajar.
·
Lingkup
sekolah.
·
Lingkup
wilayah.
2.2.3 Fungsi Kurikulum Muatan Lokal
Secara umum fungsi kurikulum muatan
lokal adalah:
·
Mengelola
lingkungan alam secara bertanggung jawab, melestarikan nilai-nilai dan mengembangkan
kebudayaan daerah serta meningkatkan mutu pendidikan dan jati diri masyarakat
Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
·
Menumbuhkan
dan mengembangkan sikap senang bekerja, bergaul, memelihara, dan meningkatkan
cita rasa keindahan, kebersihan, kesehatan, serta ketertiban, dalam upaya
meningkatkan mutu kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga
Negara Indonesia yang bertanggung jawab.
2.2.4 Tujuan Muatan Lokal
Secara umum
program muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan
yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan prilaku bersedia melestarikan
dan mrngembangkan sumber daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang
mendukung pembangunan setempat.
Perumusan tujuan
penerapan muatan lokal yang tercantum dalam lampiran surat keputusan mendikbud
No. 0412/U/1987 tersebut di atas itu bersifat umum. Dalam UU SISDIKNAS No. 20
Tahun 2003 pasal 36 ayat 3 dicantumkan bahwa, kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka negara Kesatuan RI dengan memperhatikan
antara lain keragaman potensi daerah dan lingkungan. Lalu pada pasal 37 ayat 1
ditegaskan bahwa, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat antara
lain muatan lokal. Karna itu dapat digunakan sebagai pedoman untuk
mengengembangkan gagasan muatan lokal. Tujuan tersebut pada dasarnya dapat di
bagi dalam dua kelompok tujuan, yaitu; tujuan langsung (yang dapat segera
dicapai) dan tujuan tidak langsung (yang memerlukan waktu yang relatif lama
untuk mencapainya).
a.
Tujuan
Langsung
· Bahan
pengajaraan lebih mudah diserap oleh murid.
· Sumber
belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
· Murid
dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan
masalah yang ditemukan di sekitarnya.
· Murid
dapat lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkunagan budaya
yang terdapat didaerahnya.
b.
Tujuan
Tidak Langsung
· Murid
dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
· Murid
diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
·
Murid
menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan
lingkungannya sendiri.
Dengan menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar, maka besar kemungkinan murid dapat mengamati, melakukan
percobaan atau kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari, mengelola, menemukan
informasi sendiri dan menggunakan informasi itu untuk memecahkan masalah yang
ada di lingkungannya merupakan pola dasar dari belajar, belajar tentang
lingkungan dalam lingkungannya sendiri mempunyai daya tarik tersendiri bagi
seorang anak.
2.2.5 Dasar Pengembangan
Kurikulum Muatan Lokal
Muatan lokal
merupakan gagasan-gagasan seseorang tentang kurikulum yang antara lain memuat
pandangannya terhadap suatu pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana
cara mencapainya. Suatu gagasan pada dasarnya hars memiliki landasan-landasan
tertentu agar dapat dibina dan dikembangakan sesuai dengan harapan dari
pencetusannya.
Muatan lokal memiliki 4
macam landasan, yaitu :
a.
Landasan
Ideal
Mengingat muatan lokal merupakan
bagian dari kurikulum, maka muatan lokal juga harus dikembangkan berdasarkan
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam rangka mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional pad khususnya. Di samping itu muatan lokal juga perlu
dikembangkan berdasarkan UU.RI.No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dan peraturan pemerintah Indonesia sebagai akibatnya.
b.
Landasan
Hukum
Landasan hukum tentang muatan lokal
adalahsebagai berikut :
·
Keputusan
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, No.0412/U/1987 tentang penerapan Muatan
Lokal KutikulumSekolah Dasar.
·
Keputusan
direktur jendral pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/M/1987 tanggal 7
Oktober 1987 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Muatan Lokal kurikulum
Sekolah Dasar.
·
Undang-Undang
Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 pasal 1, pasal 37, pasal
38 ayat 1 dan pasal 39 ayat 1.
·
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar
pasal 14 ayat 3 dan 4 dan pasal 37.
·
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2 dan 3
dan pasal 37 ayat 1.
c.
Landasan
Teoritik
Landasan teoritik muatan lokal
untuk Sekolah Dasar sebagai berikut;
·
Tingkat
kemampuan berfikir murid sekolah dasar mengharuskan kita menyajikan bahan
kajian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat kongkrit sampai
tingkat abstrak. Pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang antara lainteori
belajar dari Ausubel (1969) dan konsep asimilasi dari Jean Peaget (1972) yang
pada intinyamenyatakan bahwa sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan
apa yang telah dimiliki siswa. Penerimaan gagasan baru dengan bantuan
pengetahuan yang telah ada ini sebenarnya telah dikemukakan oleh Fiedrich
Herbart (1776-1841) yang dikenal dengan istilah apersepsi.
·
Pada
dasarnya anak-anak usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang sangat
besar tentang segala sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Karena itu
mereka selalu akan gembira bila dilibatkan secara mental, fisik dan sosialnya
dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan senang bila diberi kesempatan untuk
menjelajahi lingkungan sekitarnya yang penuh dengan sumber belajar.
d.
Landasan
Demografik
Keindahan
bangsa dan negara Indonesia terletak pada keanekaragaman pada pola kehidupan
dari beratus-ratus suku bangsa yang tersebar di beribu pulau dari Sabang sampai
Merauke. Kekaguman terhadap bangsa Indonesia telah di nyatakan oleh hampir
seluruh bangsa di dunia, karena keanekaragaman tersebut oleh falsafah hidup
bangsa yaitu Pancasila. Keanekaragaman tersebut bukan saja ada pada bidang
budayanya saja, melainkannya juga pada keanekaan alam, fauna dan floranya serta
kehidupan sosialnya. Semuanya itu merupakan dasar yang sangat penting dalam
mengembangkan muatan lokal.
Selain
landasan pemikiran tersebut pengembangan muatan lokal juga didorong oleh
kenyataan yang menunjukan bahwa banyak siswa Sekolah Dasar terpaksa harus
meninggalkan bangku sekolah yang antara lain disebabkan oleh :
·
Keadaan
sosial ekonomi orang tua murid.
·
Kurang
sesuainya kurikulum Sekolah Dasar dengan kebutuhan murid.
·
Salah
satu faktor penyebab urbanisasi adalah karena pendidikan belum dapat memberikan
kemampuan kepada murid untuk mengenal dan memanfaatkan keadaan alam, lingkungan
sosial dan lingkungan budaya yang ada di sekitarnya untuk mengembangkan pribadi
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya didaerah tempat asalnya.
·
Mengingat
berbagai sebab tersebut diatas, maka tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
diharapkan dapat dicapai melalui gagasan dan penerapan muatan lokal di Sekolah
Dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar